Aku berlari cepat ke
arah lapangan sekolah, takut jika dia marah karena membuatnya menunggu lama.
Aku menggenggam erat minuman yang ada di tanganku. Aku tahu saat ini dia pasti
sudah sangat kehausan karena pertandingan sepak bola tadi.
Aku tidak dapat
menahan senyumku. Sedikit lagi, aku hampir sampai di lapangan. Aku melihatnya
yang tengah berusaha memasukkan bola ke gawang. Aku hampir menyapanya, tetapi
tanganku menggantung di udara saat tiba – tiba seorang wanita berlari dan
memeluknya. Aku terkejut melihatnya dan lebih memilih melihat dari luar
lapangan. Mereka tidak menyadari keberadaanku. Perempuan tadi mencium pipinya
dan memeluknya dengan mesra, tetapi anehnya Bagas tidak menolak dan malah
memeluk perempuan tadi. Tanpa kusadari airmataku telah menetes turun.
Tanganku terasa kaku, sehingga minuman yang
kupegang tadi terjatuh. Bagas mengetahui keberadaanku terlihat jelas dari
pupilnya yang melebar. Dia menjauhkan perempaun tadi sehingga membuatnya
penasaran dan mengikuti arah pandang Bagas. Dia menyeringai melihatku dan
semakin mempererat pelukannya. Aku berusaha tersenyum tetapi tentu saja hal itu
gagal karena airmataku masih terus mengalir. Aku mengambil minuman yang tidak
sengaja akau jatuhkan dan mendekatinya.
“ Maaf menggangu. Ini minuman yang kau
pesan.” Aku menyerahkan minuman itu kepadanya sambil berusaha menahan rasa
hatiku yang seperti teremas oleh tangan kasat mata. Tangannya tampak tidak
bergerak sehingga aku mengambil tangannya dan langsung memberikan minuman itu
dan pergi meninggalkan mereka. Dia masih terdiam disana tanpa ingin menghentikan
langkahku. Aku pergi dengan perasaan hancur dan airmata yang membasahi wajahku.
Aku tidak perduli jika banyak orang yang melihatku dengan penasaran. Aku
merasakan tatapan itu tetapi rasa itu seakan hilang dan naik ke hatiku,
bercampur menjadi satu dengan hancurnya hatiku saat ini. Aku terjatuh karena
tidak terlalu memperhatikan jalan karena mataku tertutupi oleh air mata. Tetapi
kenapa bukan lutuku yang sakit. Aku bangun dan pergi dengan pakaian yang
awalnya rapi kini menjadi acak – acakan.Untungnya rumahku kini sepi, kedua
orang tuaku pergi keluar kota dalam urusan bisnis. Aku segera menuju kamarku
dan duduk di tempat tidurku tanpa perduli dengan badanku sendiri. Air mataku
belum juga berhenti. Aku mencoba untuk tidur tetapi pikiranku masih melayang ke
kejadian tadi.
Kakak
kelasku, sekaligus pacarku, Bagaskara Rahagi atau Bagas seorang atlet sepak
bola yang sangat terkenal karena kehebatannya. Tidak salah jika banyak sekali
wanita yang mengincarnya tetapi itu tidak menjadi maslah bagiku karena aku tahu
bahwa dia hanya akan jatuh cinta padaku. Tetapi itu dulu dan entah kenapa dia
sekarang berubah dan akhirnya dia bersama dengan Oriana Calista, si ratu sekolah.
Saat aku pergi dia hanya termenung dan karena itulah aku tahu bahwa perasaannya
itu tidak lagi untukku. Jujur aku berusaha untuk iklhas tetapi entah kenapa
hatiku tidak bisa.
Ting!
Ponselku berbunyi, sebuah pesan. Kulihat
nama yang tertera disana, Bagas. Hatiku berdebat antara ingin membuka pesan itu
atau tidak, menghela nafas aku membuka pesanitu.
Bisa
kita bertemu, di taman tadi pagi. Kita berdua.
Aku penasaran sekaligus takut mengetahui
apa yang akan dia katakan walaupun aku tahu apa itu. Aku bangun dan keluar
tanpa repot mengambil jaket karena cuaca diluar yang tiba – tiba dingin
walaupun hari masih sore. Aku hanya ingin masalah ini selesai dan begitu juga
rasa sakitku.
Aku
berjalan menunduk, menatapi jalan yang kujejak. Tidak sesekali aku menabrak
orang yang ada jalannya berlawanan arah denganku. Akhirnya aku sampai di taman
dengan selamat tanpa harus mencari tiket untuk pergi ke rumah sakit terdekat.
Aku segera mengedarkan pandanganku ke sekeliling dan melihatnya yang telah
duduk di bangku taman dekat air mancur. Entah kenapa melihatnya membuat
kepalaku berdenyut – denyut nafasku tidak teratur dan membuatku tidak nyaman.
Walaupun begitu aku melawannya dan mendekatinya. Sepertinya dia mengetahui
keberadaanku sehingga dia menolehkan kepalanya dan terlihat jelas rasa tidak
enak di wajahnya. Aku diam di depannya tanpa berkata apapun. Aku tahu raut
wajahku pasti dingin di hadapannya, tetapi itu lebih baik daripada aku menangsi
di depannya, aku tidak lemah.
“ Kau tidak ingin duduk?” Aku terdiam
tidak ingin menyahut membuatnya semakin tidak enak.
“ Ada apa?” Aku menjaga agar suaraku
tidak terdengar seperti tengah menahan tangis tetapi itu gagal karena dari
terlihat dari raut muka yang tengah terkejut.
“ Kau menangis?” Dia bangun dan langsung
mendekatiku dan berusaha memelukku tetapi aku labgsung mnenepisnya.
“ Berhenti!” Aku berteriak kepadanya dan
saat itu juga pertahananku runtuh. Air mataku merembes keluar. Aku menjauh
darinya tetapi entah kenapa di wajahnya terdapat ekspresi marah. Dia
mendekatiku dan tanpa aba – aba dia langsung memelukku erat.
“ Maafkan aku,” Dia berbisk tepat di
telingaku yang membuat air mataku semakin deras. Aku mencoba melepaskan
pelukannya tetapi dia malah semakin mengeratkannya.
“ Lepas!” Akhirnya aku berhasil
melepaskan pelukannya. Aku mengangkat kepalaku dan menggeleng. Dia berusaha
mendekatiku yang langsung aku cegah dengan mendorongnya kuat.
“ Aku hanya ingin mengatakan sesuatu
padamu.” Dia menyerah dan akhirnya membiarkan jarak antara kami.
“ Aku hanya ingin kita kembali seperti
dulu” Aku terperanjat mendengar kata – katanya yang membuat pupilku melebar.
“ Dia membohongiku. Tadi saat aku
kerumahnya, dia bersama dengan pria lain dan menganggap aku adalah orang asing.”
Dia menceritakan kejadian itu dengan wajah marah dan juga kecewa. Aku ingin
medekatinya, sangat ingin malah, tetapi aku tidak mau sakit lagi. Aku tidak
ingin melihatnya.
“ Pergilah. Aku tidak dapat membantumu.”
Aku membalikkan badanku dan berjalan pergi.
“ Kenapa?” Aku berhenti tanpa
membalikkan badanku. Aku rasa jarak kami cukup agar dia mendengar suaraku.
“ Kau menghancurkan harapanku, hatiku. Jadi kenapa
aku harus peduli padamu?” Tidak ada suara darinya sehingga aku meninggalkan
semua kenanganku bersamanya, selamanya. Berharap dia tidak akan pernah datang
lagi, walaupun pada pemakamanku.
Nice👍
BalasHapusNice aj deh, tpi thanks Mir
BalasHapusBaca yg lain ya Mir!