Jumat, 10 Maret 2017

Contoh Cerbung Fantasy, Mate | Yamazaki Akira

            Dia terkikik melihat perilaku mereka berdua dan berlalu pergi masuk ke dalam mobil yang Zain bawa tanpa menyadari sepasang mata yang menatapnya dengan khawatir yang seketika berubah saat seorang pelayan tadi datang.
Kali ini dia dapat bernafas lega dan dalam kepalanya sudah merencanakan bagaimana caranya bertemu dengan matenya itu. Dia menghembuskan nafas saat tidak ada satupun ide yang datang dan lebih memlilih pergi saat mobil yang membawa Sonia ddan yang lainnya telah pergi menembus kegelapan malam hallowen.
Sonia sedikit takut untuk masuk ke dalam mansion karena peristiwa tadi.
“ Sonia, are you ok?” Benar saja, baru dia membuka pintu rumahnya dia langsung disambut oleh pelukan dan juga pertanyaan oleh ibunya. Sepertinya dai melihat panggilan dari Sonia, tetapi saat dia menghubunginya tidak terjawab. Jadi itu cukup untuk menjadi alasan kekhawatirannya kali ini. Dia hanya dapat tersenyum dengan perilaku ibunya.
“ Miss Sonia baik – baik saja, Madam” Sebuah suara memberikan jawaban atas pertanyaan Tifanny dan langsungmendapat sorotan mata dari sang ibunda.
“ Zain, apa yang terjadi dengan Roy?!” Kekhawatiran Tifanny bertambah ketika melihat keadaan Roy yang penuh luka. Dia langsung membantu zain untuk membawa Roy sedangkan kali ini giliran Kevin yang mengajak Sonia masuk ke dalam untuk bergabung dengan keluarga lainnya dalam acara makan malam dan membiarkan Roy beristirahat di kamar tamu dan dijaga oleh Zain. Sonia hanya berharap agar Zain dapat meringankan kekesalan Roy karena tidak dapat menglahkan orang terakhir itu. Dia menghela nafas dan menunggu semua kursi terisi.
Zain merebahkan tubuh Roy di atas kasur dan menyelimutinya.
“ Hentikan. Aku bukan perempuan tahu!” Roy menghentikan gerakan Zain yang ingin menyelimutinya tetapi hal itu tidak membuat gerakannya berhenti malah sekarang selimut itu sudah menyelimuti tubuhnya. Roy memalingkan mukanya dan mendengus kesal sedangkan wajah Zain masih tetap tersenyum. Zain tidak bersuara begitu juga dengan Roy. Mereka membiarkan keheningan malam itu menyelimutinya.
“ Apakah kau tahu, Roy?”
“ Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu!” Roy membalas perkataannya lalu membuang muka lagi. Tetapi Zain tetap melanjutkannya tidak perduli jika Roy mendengarnya atau tidak.
“ Saat itu aku takut melihatmu yang sedang terluka. Saat menerima panggilan Miss Sonia aku melajukan mobil secapt yang aku bisa. Pikiranku saat itu hanya tertuju kepada kalian.” Roy perlahan mendengar semua penjelasan Zain tetapi tetap tidak menoleh.
“ Aku benar – benar kalut terlebih lagi saat aku sampai aku melihatmu dengan luka sekujur tubuh dan Miss Sonia yang gemetar ketakutan. Saat aku melihat pria itu mengambil sebuah pisau dari balik bajunya aku berlari secepat yang aku bisa. Aku melihatnya dan rasanya aku ingin sekali merobek mulut besarnya itu dan mencabik – cabiknya karena telah berani berbuat seperti ini kepada kalian berdua.” Perlahan senyum itu luntur dari wajahnya dan terlihatlah wajahnya yang sepertinya menahan amarah mengingat peristiwa tadi.
“ Aku tidak bangga walaupun aku berhasil membuatnya sekarat karena aku telah gagal menjadi pelayanmu dan membiarkanmu terluka. Aku tidak perduli jika kau percaya atau tidak, tetapi memang itu yang aku rasakan. Aku senang melihatmu tertawa bersama Miss Sonia dan melihat wajah jengkelmu itu. Karena itu lebih baik daripada aku harus melihat salah satu dari kalian terluka atau bahkan menghilang. Baiklah, hanya itu yang ingin aku ceritakan padamu.” Zain kembali memasang senumannya dan beranjak pergi tetapi belum melangkah tiba – tiba ada tangan yang memeluk pinggangya.
“ Aku minta maaf, kakak. Aku menyayangimu.” Suara Roy teredam oleh punggung Zain. Dia berbalik dan memeluk Roy dalaman dekapan hangat dan berbagi rasa sayang adik kakak yang tidak pernah mereka ungkapkan. Sonia tersenyum melihat walaupun harus dari celah pintu kamar Roy yang terbuka. Awalnya dia ing mengajak mereka makan malam, tetapi sepertinya mereka sedang sibuk. Lagipula jika mereka lapar pasti mereka akan turun. Dia lebih memilih meninggalkan mereka berdua seraya tersenyum senang. Setelah gelap terbitlah terang.
Sonia kembali turun ke bawah dan melihat bahwa semua kursi telah terisi dan juga adaa Daniel di sana. Entah kenapa Sonia mendadak menjadi senang melihatnya sekaligus gugup. Dia duduk tepat di depan Daniel yang diapit oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya mengadakan cara makan malam bersama keluarga Daniel  jadi sudah jelaskan kenpa ada Daniel disini. Aunty Vani dan juga Uncle Randy juga ada di sini. Mereka hanya ingin mempererat hubungan persaudaran, begitu kata ayahnya. Setelah mereka selesai makan mereka berbincang dengan lawan bicaranya masing – masing. Tifanny dengan Aunty Vani dan Kevin dengan Uncle Randy yang berbicara tentang bisnis mereka. Walaupun makan malam telah berakhir, Roy dan juga Zain belum turun. Membiarkannya saja, dia meminta izin kepada orang yang ada di sana untuk berjalan – jalan sebentar dan akhirnya mengikuti Daniel yang tiba – tiba beranjak dari tempat duduknya menuju ke luar. Sonia terus mengikuti Daniel dari belakang seraya melihat keadaan luar mansionnya yang sangat jarang dia lihat karena orang tuanya selalu melarangnya, jadi tidak salah jika dia sangat antusias.
“ Kenapa kau mengikutiku?” Suara dingin Daniel menyapa indra pendengarannya tetapi wajah itu tetap tidak menoleh.
“ Kau ingin aku membicarakan politik bersama dad dan Uncle randy apa?” Daniel mendengus geli ketika mendapat jawaban dari Sonia.
“ Kau tertawa?” Sonia mendahului daiel tetapi berjalan dengan menghadapnya. Daniel yang merasa terganggu hanya mendecakkan lidahnya tetapi membiarkan Sonia. Dia mempercepat langkahnya sehingga membuat Sonia berada di belakangnya lagi. Sonia membiarkannya dan melihat jika mereka berjalan cukup jauh dari mansion.
“ Danie-“ Dia menabrak punggung Daniel membuatnya mengusap dahinya mengaduh dan mengusapnya.
“ Kenapa berhenti, sih?!”
“ Diam!” Sonia dengan segera mengunci rapat mulutnya. Daniel menajamkan pendengarannya dan melihat sekeliling. Tampak sekelompok orang yang tidak dapat dihitung berapa jumlahnya mendekati mereka seraya membawa benda tajam dan tumpul di tangan, tapak seperti seseorang yang ingin berperang.
“ Itu dia orangnya!” Pria yang melawan Roy tadi tiba – tiba muncul dan menunjuk kearah mereka berdua. Orang yang memimpin mereka tertawa sinis dan menyeringai,
“ Baguslah, ayo cepat selesaikan!” Dia berteriak dan dijawab dengan teriakan yang sama oleh anak buahnya. Sonia berlindung di balik punggung Daniel sedangkan daiel, bukannya takut tetapi malah meyeringai sadis. Sonia yang mengintip dari belakang merasa ngeri dengan raut wajahnya.
  Mereka semakin dekat tetapi saat mereka hampir saja menyentuh mereka sebuah sinar muncul dan juga kepulan asap yang entah datang dari mana. Kepulan asap itu perlahan menipis dan tampaklah Daniel yang berbeda dari yang tadi. Saat ini dia memakai pakaian khas vampir yang membuat Sonia terbelalak. Daniel berpindah tempat dengan gerakan yang sangat cepat dan hanya dalam hitungan beberapa detik, mereka semua runtuh tetapi tidak ada luka sama sekali. Daniel mendekati Sonia seraya memasang wajah dinginnya.
“ Kau, Vampir?” Sonia menujuk wajah Daniel dengan mata terbelalak dan juga mulut yang menganga. Daniel mengangkat salah satu alisnya tetapi kemudian mengangguk.
“ Wah, keren!” Sonia memeluk Daniel dan membuat wajah Daniel memerah seketika.
“ Tetapi, kenapa bisa?” Sonia melepaskan pelukannya yang membuat sesuatu dalam diri Daniel ingin merengkuh tubuh itu lagi tetapi daniel tidak akan membiarkannya dan menahan dirinya.
“ Aku adalah keturunan langsung dari raja vampir.” Bukannya terlihat senang ataupun bangga, malah dia terlihat lesu dan juga lelah.
“ Berarti Aunty Vany dan Uncle Randy juga?” Sonia memiringkan kepalanya dan meruh telunjuknya di dagunya bagaikan detektif yang sedang memeriksa sebuah kasus.
“ Tidak. Aku mengikuti gen dari kakek dari ayah, jadi begitulah.” Daniel menghela nafas tetapi keudian teringat sesuatu. Dia menunjuk Sonia yang mebuatnya mengernyitkan alis tidak mengerti.
“ Lagi pula, kau adalah mateku.”
“ Apa lagi itu?” Sonia mengacak rambutnya sehingga rambut yang awalnya diikat pony tail itu menjadi sedikit berantakan.
“ Mate adalah pasangan jiwa sang mahluk sihir. Contohnya aku adalah seorang vampir bangsawan yang tidak dapat meminum darah sembarang orang. Aku hanya dapat tergugah oleh darah dari belahanku saja.” Sonia menganggukkan kepalnay tanda bahwa dia mengerti. Daniel segera mengembalikan wujudnya dan berbalik kearah masnion dengan Sonia yang masih tetap mengikutinya.
Kedua keluarga pun saling berpamitan di depan mansion tepat beberapa menit setelah daniel dan juga Sonia telah datang. Sonia tersenyum kepada Daniel dan hanya dijawab anggukan singkat darinya. Itu lebih baik daripada diacuhkan. Kevin mengajak anggota keluarganya untuk masuk kedalam setelah kepergian mereka. Sonia naik ke atas dan pergi ke kamarnya sedangkan ayah dan ibunya tetap di bawah entah membicarakan tentang apa. Dia langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Dia menutup matanya tetapi mata itu kembali terbuka dan terbuka cukup lama. Dia mengacak rambutnya, frustasi karena dirinya tidak dapat tertidur sekalipun dia sudah mencobanya. Dia terdiam lama, memandang langit – langit kamarnya. Sebenarnya alasan kenapa dia tidak dapat tidur adalah masih terbayang di benaknya apa yang barusan saja dikatakan oleh Daniel.
“ Aku mate Daniel?” Sonia mulai membayangkan bagaiman jika dia menjalani kehidupan sebagai seorang mate vampir. Gambaran di benaknya adalah dirinya yang akan selalu bersama Daniel dan bagaimana sikap romantis Daniel kepada dirinya. Setiap pagi dia memasak untuk vampir itu atau mungkin membiarkan Daniel menggigit lehernya untuk mendapatkan darahnya. Tiba – tiba saja wajahnya memerah karena bayangannya sendiri. Dia menutup wajahnya dan berteriak tertahan jika saja dia tidak ingat bahwa dirinya berada di mansion. Dia menyelimuti dirinya dengan selimut sampai puncak kepala.
“ Hei, kenapa kau ada di sini, pergi!” Suara marah Roy terdengar sampai kamarnya karena memang kamar tamu bersebelahan dengan kamarnya. Sepertinya dia kembali dibuat jengkel oleh Zain. Sonia menggelengkan kepalanya tetapi masih mengintip dari balik selimut dan perlahan menutup matanya walau dengan wajah yang masih sedikit memerah.


Note :
           Sorry karena kelamaan update. Bagi yang nunggu lanjutannya, maaf ya. Mate nggak bakal discontinued kok, santai aja. Thanks buat yang udah baca, keep reading ya!

2 komentar:

  1. Iya, baru pertama kali buat cerbung soalnya
    Btw, terima kasih untuk sarannya ^-^

    BalasHapus