Senin, 27 Februari 2017

Mate, Zain | Yamazaki Akira

           

Zain


          Umur mereka memang dapat dikatakan tidak pantas untuk melakukan sesuatu seperti trick or treat ini, tetapi sepertinya tidak ada yang masalah dengan hal itu bahkan banyak dari mereka yang mengira bahwa mereka – terutama Sonia – masih anak – anak.
Salahkan saja tinggi mereka yang tidak seperti umur mereka. Mereka memulai rencana mereka dan pergei kerumah – rumah tetangga sembari mengucapkan ‘Trick or treat’. Beberapa dari mereka ada yang cekikikan, tertawa keras bahkan diacuhkan begitu saja. Keranjang mereka hampir penuh dengan coklat, permen dan lolipop yang bertemakan Hallowen. Mereka begitu menikmati saat mereka memasuki rumah tetangga dan mendapatkan permen. Hari sudah larut malam dan keranjang mereka juga sudah penuh sehingga Sonia sedikit susah payah membawanya mengingat keranjang mereka yang lumayan besar. Salahkan saja Roy yang mau – maunya memilih keranjang yang paling besar saat Tifanny mengajak mereka berbelanja. Awalnya dia memilih keranjang yang biasa tetapi niat jahil Kevin tiba – tiba muncul.
“ Kenapa kau memilih keranjang kecil, dasar lemah!” Roy yang mendengarnya seperti biasa tersulut dan akhirnya memilih keranjang paling besar. Benar – benar ayah yang jahat.
Roy yang melihat keadaan Sonia menjadi iba dan menawarkan dirinya untuk membawa keranjangnya. Sonia yang memang tidak dapat mengangkatnya membarikan keranjang itu kepada Roy dan mengucapkan terima kasih. Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang dan Sonia yang memimpin. Ditengah perjalanan tiba – tiba beberapa pria menghadang mereka dan sepertinya mereka adalah preman disana. Roy menjatuhkan keranjangnya dan segera berdiri di depan Sonia untuk melindunginya. Sonia hanya terkejut dan tidak daat berkata dan tubuhnya juga tiba – tiba kaku.
“ Wah, sepertinya ada yang mencoba menjadi pahlawan disini kekeke” Salah satu dari mereka tertawa meremehkan kepada Roy membuatnya mengepalkan tangannya, pertanda dia marah, benar – benar marah. Salah satu dari mereka mencoba untuk menyentuh tangan Sonia dan langsung di tepis oleh Roy.
“ Menyentuh sedikit saja, kau akan mati” Roy mendesis berbahaya kepada mereka dan matanya menatap tajam.
“ Hei teman – teman, dengar. Dia akan membunuh kita!” Dia berteriak kepada teman – temannya yang disambut dengan tawa yang sangat keras. Seharusnya ada beberapa orang di sini, tetapi entah kenapa tiba – tiba sepi.
“ Owh, aku takut,” Mereka terus meledek Roy sedangkan Sonia berusaha menghubungi ayahnya atau siapapun di mansion. Ternyata di kernjang tadi, Sonia menaruh ponselnya karena paksaan ibunya dan sekarang dia bersyukur ibunya memaksanya untuk membawa ponselnya. Roy yang muak mendengarnya langsung maju dan memukul perut orang yang sepertinya ketua dari mereka sehingga dia mudur kebelakang dengan memegang perutnya. Ketiga temannya langsung menerjang Roy sedangkan Sonia masih tetap berusaha menghubungi seseorang dan kali ini dia berharap lebih kepada Zain, salah satu butler yang paling akrab dengannya.
Miss Sonia?” Sonia berteriak dalam hatinya karena akhirnya teleponnya terjawab.
“ Halo Zain. Aku dan Roy sedang di kepung oleh sekelompok preman di rumah dekat hutan, bisakah kau menolong kami?” Suara Sonia terdengan gemetar karena khwatir dan juga terdengar teriakan yang sepertinya pertarungan antara Roy dan preman – preman itu.
“ Baiklah, tunggu disana!” Zain menutup teloponnya dengan sepihak tetapi kali ini Sonia belum dapat bernafas lega karena Roy masih harus bertarung dengan mereka. Roy berhasil mengalahkan beberapa dari mereka tetapi masih ada  1 orang yang tidak terluka parah berbanding terbalik dengan Roy. Badannya terlihat lecet dimana – dimana dan di pinggiran mulutnya berdarah. Nafasnya tersengal – sengal tetapi mulutnya masih mengeluarkan seringain itu, dasar tidak tahu keadaan.
Satu orang yang tersisa itu menerjang Roy yang tidak melawan karena kelelahan. Jelas saja orang itu dapat mengalahkan Roy tanpa perlawanan. Roy menutup matanya karena tidak berani untuk mengetahui ataupun tahu apa yang akan terjadi pada dirinya.
Sreet!
Tiba-tiba dia merasakan sebuah tarikan pada bajunya sehingga dia menbuka matanya karena saking terkejutnya. Dia melihat ke atas dan ternyata itu adalah Zain dengan air wajahnya yang dingin yang biasanya selalu tersenyum. Roy termenung melihatnya dan Zain tidak menghiraukannya dan melepas gengamannya dari baju Roy dan segera melawan pria yang sedang mengambil sebuah pisau dari balik bajunya. Zain menghindari semua serangan dengan cepat bahkan mungkin tidak terlihat saking lincahnya. Roy sekali lagi dibuat terkagum-kagum dengan orang satu ini. Sonia melihat keadaan yang sepertinya tidak terlalu mengarah ke pada Roy sehingga dengan cepat dia berlari menghampirinya.
“ Apakah kau tidak apa-apa?” Raut wajah Sonia tampak khawatir tetapi Roy masih melihat pertarungan di depannya.
“ Kenapa dia ada disini?” Sonia langsung memukul kepala Roy dengan keras. Roy langsung mengaduh karena pukulan yang terlampau keras apalagi saat ini dia sedang terluka.
“ Apa maksudmu?!” Roy berteriak keras tetapi raut wajah Sonia tiba-tiba menjadi dingin.
“Ak- aku aku takut kau tahu, aku takut kehilangan saudara sepupuku. Apa kau tahu itu?!” Tiba-tiba air mata Sonia merembes keluar yang membuat Roy terkejut.
“ Aku memanggilnya tadi. Awalnya aku memanggil dad dan juga mom, tetapi tidak ada yang menjawab pnggilanku sehingga hanya dia yang dapat ku hubungi. Syukurlah dia datang tepat waktu sehingga aku tidak kehilanganmu.” Roy menundukkan kepalanya merasa bahwa dia adalah orang bodoh karena melawan orang yang jauh lebih kuat dari pada dirinya.
“ Apakah anda baik-baik saja, Miss Sonia?” tiba-tiba ada yang menepuk punggung Sonia dari belakang dari belakang sehingga dia terkejut dan dia melihat kebelakang dan ternyata itu adalah Zain yang telah selesai bertarung terlihat dari tubuh lawanya yang tidak bergerak sedikit pun tetapi Zain masih dalam keadaan yang seperti semula tidak ada lecet dan pakaiannya tetap pada tempatnya berbeda dengan lawannya yang lumayan baik dari pada mayat.
“ Zain?” Tiba - tiba dia langsung ditarik ke pelukannya sedangkan Sonia hanya dapat terdiam karena perlakuannya yang tiba – tiba itu.
“ Hei, lepaskan adikku bodoh!” Zain hanya tersenyum mesum tetapi dengan perlahan dia melepaskan pelukannya. Lama – lama Roy menjadi kesal dengan pelayannya ini. Kalian tidak salah baca jika Zain adalah pelayan Roy. Dia memang pelayan Roy bahkan pelayan pribadi.
             Pertama kali dia bertemu dengannya adalah saat berumur 10 tahun tepatnya 5 tahun yang lalu. Orang tuanya menemukan Zain di hutan dan dia ternyata yatim piatu karena iba, mereka menerima Zain sebagai pelayan pribadi Roy. Paras Zain yang lumayan tampan untuk ukuran anak menjadi nilai lebih untuknya. Rambutnya yang hitam ditata rapi kebelakang dan mengenakan kaca mata berframe yang sama dengan rambutnya dan juga wajah yang tidak pernah absen senyuman. Para gadis pun akan senantiasa bertekuk lutut walaupun Zain tidak memintanya dan karena itulah kenapa Roy sedikit tidak menyukainya. Dia merasa kalah tampan dengan Zain tetapi takdir memang menyatakan begitu dan akhirnya Roy menerima keberadaan Zain. Walaupun begitu, tetap saja ada satu hal dimana dia ingin menenggelamkan Zain saat itu juga. Dia itu orangnya amat sangat mesum. Mungkin tidak ada yang tahu mengenai hal itu kecuali dirinya. Sebenarnya dibalik kacamata itu ada sepasang mata yang mengawasi gerak – gerik gadis maupun pria yang dia anggap cantik. Tidak ada yang menyadari hal ini sama seperti saat ini. Dia sedang melihat tubuh Sonia dari atas sampai bawah. Berterima kasihlah pada senyumannya karena senyuman yang terlihat bagai malaikat itu.
“ Apa yang terjadi padamu, Roy?” Tidak ada embel – embel tuan muda atau apapun itu. Mungkin ini terlihat kasar tetapi bagi Roy dan juga keluarga ini adalah hal yang wajar jika Zain memanggil Roy dengan nama panggilannya dan begitu juga sebaliknya. Roy hanya mendengus dan berusaha bangun , tetapi ulang dan sendinya langsung menolak sehingga dia hampir saja terjatuh jika Zain tidak menangkapnya.
“ Wah, kemana energimu Roy?” Dia menggeleng dan menyeret Roy dengan sangat berperikemanusiaan. Dia menyeretnya masuk ke dalam mobil dan Sonia mengikuti dari belakang. Dia terkikik melihat perilaku mereka berdua dan berlalu pergi masuk ke dalam mobil yang Zain bawa tanpa menyadari sepasang mata yang menatapnya dengan khwatir yang seketika berubah saat seorang pelayan tadi datang. Kali ini dia dapat bernafas lega dan dalam kepalanya sudah merencanakan bagaimana caranya bertemu dengan matenya itu. Dia menghembuskan nafas saat tidak ada satupun ide yang datang dan lebih memlilih pergi saat mobil yang membawa Sonia ddan yang lainnya telah pergi menembus kegelapan malam hallowen.
Sonia sedikit takut untuk masuk ke dalam mansion karena peristiwa tadi.
“ Sonia, are you ok?” Benar saja, baru dia membuka pintu rumahnya dia langsung disambut oleh pelukan dan juga pertanyaan oleh ibunya. Sepertinya dai melihat panggilan dari Sonia, tetapi saat dia menghubunginya tidak terjawab. Jadi itu cukup untuk menjadi alasan kekhawatirannya kali ini. Dia hanya dapat tersenyum dengan perilaku ibunya.
Miss Sonia baik – baik saja, Madam” Sebuah suara memberikan jawaban atas pertanyaan Tifanny dan langsungmendapat sorotan mata dari sang ibunda.
“ Zain, apa yang terjadi dengan Roy?!” Kekhawatiran Tifanny bertambah ketika melihat keadaan Roy yang penuh luka. Dia langsung membantu Zain untuk membawa Roy sedangkan kali ini giliran Kevin yang mengajak Sonia masuk ke dalam untuk bergabung dengan keluarga lainnya dalam acara makan malam dan membiarkan Roy beristirahat di kamar tamu dan dijaga oleh Zain. Sonia hanya berharap agar Zain dapat meringankan kekesalan Roy karena tidak dapat menglahkan orang terakhir itu. Dia menghela nafas dan menunggu semua kursi di depannya terisi.

To Be Continued.......

3 komentar:

  1. Di awal alurnya sedikit membinggungkan, setelah terus dibaca dah dpt alurnya. Ada kesalahan ketik. Bagus deh. Ditunggu kelanjutannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf jika ada salah ketik, saya tidak terlalu memperhatikan. Saya akan berusaha lebih baik kok, terima kasih atas sarannya :)

      Hapus
    2. Maaf jika ada salah ketik, saya tidak terlalu memperhatikan. Saya akan berusaha lebih baik kok, terima kasih atas sarannya :)

      Hapus