Minggu, 19 Februari 2017

Mate | Yamazaki Akira


Mate 

                 
Teriakan-teriakan masih bergema di mansion megah itu. Cairan merah pekat memenuhi salah satu ruangan mansion. Beberapa tubuh manusia tercecer di ruangan itu. Sepasang mata merah hanya memandang dengan tatapan dingin, sedingin hari malam dan seringainya tidak pernah lepas dari mulutnya yang terdapat beberapa cairan merah pekat. Dia menoleh kearah seorang anak kecil yang sedang meringkuk ketakutan. Perlahan tapi pasti, dia mendekati anak itu, mencengkram lehernya dan mendekatkan ke mulutnya dan sepasang taring menancap dengan sangat dalam dan penuh nafsu. Anak itu hanya dapat pasrah dan perlahan kegelapan mulai menyelimutinya.
“Baik, cukup sampai di sana Sonia. Sebelum itu, bisakah kamu menerangkan apa yang kamu baca?” Ucap Bu Lidia menghentikan seorang anak perempuan yang sedang membacakan karangannya.Anak perempuan yang bernama Sonia hanya mengangguk dan menghadap ke arah teman-temannya.“Cerita ini adalah salah satu urban legend di Eropa, yaitu vampir.Vampir adalah mahluk yang meminum darah untuk kepuasan mereka dan untuk bertahan hidup. Dari yang aku dengar,jika kalian digigit vampir ada dua pilihan yang pertama mati dan kedua menjadi vampir.” Seketika semua siswa memandang ngeri kearah Sonia dan beberapa tidak percaya. Bu Lidia hanya memandang anak didiknya dengan pandangan takjub dan setengah tidak percaya akan apa yang didengarnya. “Darimana kamu mendapat informasi tentang vampir, Sonia?” Sonia menoleh kearah Bu Lidia dan tersenyum, “Saya mendapatkannya dari internet. Awalnya, saya ingin membuat cerita tentang budaya yang ada di sini, tetapi tidak sengaja saya menemukan situs yang menceritakan tentang vampir. Merasa cerita ini akan menarik, jadi saya memilihnya untuk diceritakan kepada teman-teman sebagai informasi tentang vampir ini.” Jelas Sonia. Bu Lidia mengangguk dan mempersilahkan Sonia untuk duduk kembali. Sesaat setelah Sonia duduk, bel berbunyi dan Bu Lidia mengakhiri pelajaran dengan memberitahukan bahwa liburan kali ini akan dimajukan sebelum meninggalkan kelas. Seketika para siswa bersorak-sorai dan langsung menuju kantin. Sonia dan Indri memutuskan untuk keatap sambil membawa bekal masing-masing. Saat membuka pintu, angin langsung menerpa wajah Sonia dan Indri. Mereka berdua memilih tempat di dekat pagar pembatas untuk beristirahat. Mereka memakan makananya seraya bergurau.“Sonia, saat liburan kamu akan kerumahku ‘kan?” Sonia menghentikan suapannya dan seketika wajahnya menjadi murung. Dia menggeleng dan menoleh kearah Indri.“Liburan nanti, aku dan keluargaku akan pergi ke Inggris dan menetap di sana beberapa hari. Mungkin aku tidak akan berjumpa denganmu saat liburan nanti. Maaf Ndri,” Indri tersenyum dan mengelus puncak kepala Sonia. Dia sudah menganggap bahwa Sonia adalah adiknya dan dia sangat menyayangi Sonia seperti dirinya sendiri.“Baiklah, tidak apa. Asalkan kamu mengirim surat untukku ya?” Ucap Indri masih dengan mengelus puncak kepala Sonia. Seketika raut wajah Sonia kembali ceria dan mengangguk dengan semangat, membuat Indri terkekeh karena melihat kelakuan sahabatnya yang kelewat bersemangat. Mereka menghabiskan bekalnya dan kembali ke kelas. Para siswa berkumpul di aula untuk mendengarkan pengumuman dari kepala sekolah. Banyak siswa yang berbincang dengan teman disebelah mereka dan ada juga yang memainkan ponselnya. Kepala sekolah memasuki aula dan seketika aula menjadi hening. Kepala sekolah memang terkenal dengan kedisiplinannya, jadi tidak heran jika para siswa takut dan patuh kepadanya.“Bulan ini liburan akan dimajukan mulai besok karena suatu alasan. Liburan akan dilaksanakan selama satu bulan kedepan dan akan berakhir pada akhir Bulan November.” Jelas kepala sekolah dengan singkat dan tegas. Semua siswa bergegas pulang seusai pengumuman tersebut. Sonia dan Indri berjalan ke rumah mereka, seraya bersenda gurau dan membicarakan tentang liburan bulan ini.“Inget ya Nia, jangan lupa kirim surat!” Ingat Indri kepada Sonia, dia hanya mengangguk  dan melambaikan tangannya kepada Indri. Sonia masuk ke rumahnya dan disambut oleh kedua orang tuanya yang telah berkemas.“Sonia,” Panggil ibunya. Sonia mengangguk dan berlari ke kamarnya untuk berkemas. Setelah mengecek barang yang akan dibawa, Sonia segera menghampiri kedua orang tuanya yang sudah menunggu di depan.“Come on Dad, Mom” Ucap Sonia dengan logat Inggris. Kedua orang tuanya mengangguk dan memasukkan barang bawaan mereka ke taksi yang sudah di pesan. Beberapa menit perjalanan, mereka sampai di bandara dan check in.Perjalanan dengan pesawat membutuhkan waktu sekitar 12 jam untuk ke Inggris. Dalam perjalanan, Sonia hanya mendengarkan musik dari headshetnya. Sonia duduk diantara kedua orang tuanya. Setelah pesawat mendarat, Kevin, ayah Sonia menelepon supir pribadinya dan Tifanny, ibu Sonia membantunya untuk membereskan barang-barangnya. Tidak lama, sebuah limousine datang menjemput mereka dan supir membukakan mereka pintu. Beberapa orang sempat terpana saat limousine itu datang, berharap mereka akan seperti itu suatu saat nanti. “Kita-““Beli souvenir dan kostum untuk hallowen!” Potong Sonia. Kevin hanya dapat menghela nafas dengan sikap anaknya yang seenaknya sedangkan Sonia hanya menampilkan cengirannya. Supir mengangguk dan mengantar mereka ke sebuah pusat perbelanjaan di Inggris. Setelah supir membukakan pintu, Sonia langsung memasuki tempat itu dan Kevin serta Tifanny hanya menggeleng melihat sifat anak mereka.“Itu anakmu,” Ucap Kevin.“Hei, itu juga anakmu tahu!” Ucap Tifanny dengan kesal dan menyuruh butler untuk menemaninya belanja.“Hey, jangan ngambek. Itu Cuma bercanda!” Kevin menyuruh salah satu maid untuk menemani Sonia berbelanja dan dia langsung memasuki tempat itu untuk mencari istrinya. Sonia yang melihat hal tersebut hanya menggeleng,“Mom dan Dad benar-benar kekanakan, malu tahu dilihat orang!” Ucap Sonia dan mengajak maidnya yang sempat berpikir siapa yang kekanakan disini, orang tuanya atau anaknya, mungkin keduanya. Padahal Sonia yang lebih memalukan. Sonia memilih baju yang menurutnya cukup menyeramkan tapi tetap anggun. Sekian lama Sonia mencari, tetapi hanya kekecewaan yang ia dapatkan. Baju untuk hallowen hanya untuk pria alias sold out. Sonia keluar dengan muka ditekuk yang menyebabkan acara ngambek Tifanny hilang dan perhatian sepenuhnya diberikan kepada anaknya.“Are you okay, Sonia?” Tifanny menghampiri Sonia dan mengelus puncak kepalanya lembut. Sonia hanya mengangguk dan mengajak ibu serta ayahnya pulang. Dalam perjalanan ke mansion, Sonia hanya diam yang membuat kedua orang tuanya khawatir. Setelah berpikir beberapa saat, Tifanny membisikkan sesuatu kepada Kevin yang dijawab anggukan.“Ehm, Sonia?” Panggil Tifanny kepada anaknya. Sonia hanya menoleh tanpa minat yang membuat Tifanny tambah khawatir.“Yes, Mom?” Jawab  Sonia malas. Tifanny benar-benar khawatir saat ini.“Sonia, Mom dan Dad akan kerumah teman kami dulu. Kami mendengar bahwa mereka mempunyai seorang anak laki-laki yang seumuran denganmu, bagaimana kamu mau ikut?” Raut wajah Sonia seketika berubah seperti semula ketika mendengar ada anak seumurannya yang mungkin bisa diajaknya menghilangkan bosan. “Really?” Tanya Sonia antusias yang dijawab dengan anggukan dari Ibunya.Limousine itu menuju ke arah tempat sang anak dari teman kedua orang tuanya. Sampai di tempat yang dituju yang terlihat adalah mansion yang didominasi oleh warna biru tua dan halaman yang dipenuhi oleh merak putih. Sonia cukup terpesona dengan keindahan tempat ini bahkan hampir melupakan tujuannya untuk datang kemari. Ayah dan ibunya mengajak Sonia untuk masuk kedalam, melewati kebun bunga yang ditumbuhi berbagai jenis bunga terutama mawar putih dan tempat merak putih. Masuk kedalam, mereka disambut oleh belasan butler dan maid. Mereka mengantar Sonia dan kedua orang tuanya ke sebuah ruangan yang sepertinya ruang tamu. Di sana di sebuah sofa tunggal terdapat seorang pria seumuran ayahnya berambut pirang panjang dengan muka datar dan di sebelahnya seorang wanita seumuran ibunya yang sangat cantik berambut hitam lengkap dengan senyum terpatri di bibirnya. Tepat disebelah wanita tadi, ada seorang anak laki-laki berambut pirang pendek dan memasang wajah datarnya. Wanita tadi berdiri dan menghampiri Sonia,“Hei, apa kabarmu Sonia, lama tidak berjumpa. Kau mungkin tidak mengingat kami karena kita hanya pernah bertemu sekali. Kau boleh memanggilku Aunty Vani dan yang disebelah sana Uncle Randy. Nah, jika anak laki-laki di sana yang seumuran denganmu bernama Daniel. Salam kenal dear.”Sonia mengangguk dan melihat ke arah Daniel. Menurutnya Daniel terkesan dingin dan susah didekati, tetapi bukan Sonia namanya bila tidak dapat melakukannya.“Daniel, ajak Sonia berkeliling di sekitar mansion!” Daniel hanya mengangguk dan berjalan meninggalkannya terlebih dahulu.“Sorry dear, dia anaknya memang begitu, tetapi sebenarnya dia anak yang baik kok,” Sonia mengangguk dan sabar untuk menghadapi tingkah Daniel.


To Be Continued.....


Well, ini cerbung yang lumayan panjang daripada Plan and secret. Ini juga mengambil tempat di Eropa, jadi jangan heran jika bahasanya hampir kebanyakan inggrisnya karena tempatnya kan di Inggris. Nggak masuk akal dong jika kita di sana tetapi dengan menggunakan bahasa indonesia terus ?
Hope you enjoyed!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar