Selasa, 07 Februari 2017

Real 7, I Am Sorry | Yamazaki Akira


I Am Sorry


Mereka pun akhirnya terlarut dalam diskusi itu sampai tidak ada yang sadar jika mereka berdua sedang diawasi.

Srak srak
“Siapa disana?!” Fahri yang memang memiliki indra yang tajam mendengar suara seperti seseorang yang sedang melangkah kearah mereka.
“ Ada apa, Ri?” Ayu menatap Fahri penasaran seraya memiringkan wajahnya bingung sekaligus terkejut akan gerakan Fahri yang tiba – tiba. Fahri memberikan isyarat dengan tangannya untuk diam dan matanya tampak awas ke seluruh hutan. Ayu yang berada dibelakangnya juga ikut bersiaga seraya meneliti hutan itu, jika itu adalah manusia, dia masih dapat bernafas lega, tetapi apabila itu adalah binatang buas orang – orang hanya akan menemukan tulang belulang mereka saja disini.
Srak srak
Semak di depan mereka tampak bergerak seperti sesuatu yang akan keluar dari sana dan benar saja seorang pria yang tidak diketahui wajahnya karena sedang menggunakan topeng hitam dan membawa sebuah pisau lipat di tangannya mendekati mereka berdua. Fahri yang saat itu berada di depan berusaha sekuat mungkin untuk melindungi Ayu.
“ Serahkan barang kalian atau aku bunuh kalian?!” Pria itu mendekatkan pisau lipatnya ke arah mereka berdua yang membuat Fahri menegang karena tidak tahu harus melakukan apa. Fahri menghalangi jalan pria itu saat dia ingin mendekati Ayu dan mengambil tasnya, tetepi ternyata pria itu tetap kekeh sehingga fahri harus berusaha menangkis semua pukulan dan sayatan yang diberikan oleh perampok itu setelah mendorong Ayu ke tempat yang lebih aman.
‘Ayo, ada apa denganmu, Ri?’ Ayu berbisik dalam hatinya ketika melihat Fahri tidak memberikan perlawanan sedikitpun tetapi hanya mengangkis dan menghindar mebuat Ayu geram di belakangnya.
            Tiba – tiba ponsel Ayu bergetar dan dengan cepat mengambilnya. Dia sedikit kerepotan saat mengambilnya karena ponselnya berada diantara tumpukan buku dan yang lainnya. Setelah berhasil mendapatkannya, dia langsung mengangkat panggilan itu tanpa melihat nama yang tertera di sana.
“ Halo, dengan mbak Ayu?” Suara di sana menyapa terlebih dahulu.
“ Iya, ada apa ya ?”
“ Begini, saya adalah orang yang mbak suruh untuk datang ke taman.Kami tida dapat memenuhi permintaan mbak karena anak saya tiba – tiba sakit. Jadi saya mohon agar anda maklum, terima kasih.” Sambungan itu langsung ditutup oleh orang yang berada disebrang sana. Sedangkan keadaan Ayu jauh dari kata baik, dia melihat kearah Fahri yang sedang mati – matian melawan perampok itu. Mulutnya menganga lebar dan pponselnya langsung jatuh ke tanah.
‘Dia asli!’ Ayu segera menghentikan keterkejutannya saat perampom asli itu berhasil melukai tangan Fahri sehingga terlihat darahnya berceceran di atas rumput taman. Ayu segera menolong Fahri dan saat perampok itu akan menancapkan pisaunya ke kepala Fahri, Ayu langsung menendang tangan perampok itu dan berhasil menguncinya dengan sekejap. Dia mengambil sebuah tali yang memang selalu dia bawa untuk jaga – jaga apabila sesuatu seperti hal ini terjadi. Setelah berhasil meringkus perampok itu, dia membiarkannya dan mendudukkannya di bawah pohon dan langsung melihat Fahri. Jangan terkejut jika seorang guritna Ayu berhasil melawan perampok yang menggunakan senjata tajam hanya dengan tangan kosong karena Ayu memang juara karate di sekolahnya, jadi jangan heran. Tetapi Ayu tidak bangga dengan keberhasilannya itu karena prioritasnya kali ini adalah Fahri. Dia mendekat kerah Fahri yang memegang lengannya dengan tangan satunyadan tampak cairan merah yang menetes mengenai kemeja putihnya sehingga berwarna merah darah. Fahri melihat kearahnya dan tersenyum walau masih dengan sedikit ringisan. Ayu segera mengambil sapu tangan yang berada di tasnya dan mebalut lengan Fahri dengan sapu tangan itu.
“ Terima kasih ya, Yu” Fahri mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Ayu yang sedang membalut lengannya. Ayu tidak menjawab sedangkan Fahri tidak dapat berbicara karena lengannya terluka cukup dalam sehingga hanya keheningan yang menyelimuti beserta suara binatang hutan membuat Fahri merasa tenang dan memejamkan matanya.
Hiks hiks
Mata Fahri kembali terbuka lebar saat mendengar suara tangisan di sampingnyadan benar saja saat dia menoleh dia melihat butiran – butiran air mata meluncur turun dari wajah Ayu yang menunduk mengenai tangannya yang berpangku di lutut setelah selesai membalut luka Fahri.
“ Eh, kamu kenapa?” Fahri gelagapan karena Ayu yang tiba – tiba menangis. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan sehingga dia mengangat wajah Ayu dengan ibu jarinya dan melihat pipi tembem Ayu yang memerah karena terkena airmata dan juga mata yang sedikit sembab. ‘Imut!’ pikir Fahri gila saat melihat keadaan Ayu sehingga dia menggelengkan kepalanya, menjernihkan pikirannya dan berusaha fokus kepada Ayu.
“ Maaf hiks” Fahri tida mengerti kenapa dia harus meminta maaf padahal dialah yang menyelamatkan mereka. Ayu menggeleng ketika mengetahui isi pikiran Fahri kepadanya.
“ Aku yang menyebabkan kau terluka, hiks”
“ Akulah yang membawa perampok itu kemari untuk membantuku, tetapi ternyata dia adalah perampok asli yang sepertinya membaca pesanku sehingga kemari. Hiks hiks” Fahri terkejut ketika mendengar penjelasan Ayu dan tidak menyangka dia melakukan hal itu.
“ Tapi kenapa?!” Fahri mengguncang tubuhnya dengan kencang seraya berteriak kearahnya yang memnag bodoh.
“ Aku hanya ingin tahu kenapa kau tidak melawan dua orang pria yang menggodaku, maafkan aku hiks” Fahri yang mendengarnya terkejut dan akhirnya tersenyum seraya mengelus puncak kepala Ayu lembut sedangkan Ayu yang merasakan belaian lembut di kepalanya menganggkat wajahnya dan ternyata tangan Fahrilah yang mengelusnya.
“ Jadi, kau penasaran, ya?” Fahri mengangkat wajahnya menghadap langit sedangkan Ayu termenung ketika melihat wajahnya yang begitu tenag jauh berbeda dari saat melawan perampok tadi.
“ Aku akan hilang jika menyakiti seseorang.” Wajah itu tetap tenang walau dampak dari orang yang diajaknya bicara mematung mendengar ucapannya.

“ A- apa maksudmu?” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar