I Am Sorry
Mereka pun akhirnya terlarut dalam
diskusi itu sampai tidak ada yang sadar jika mereka berdua sedang diawasi.
Srak
srak
“Siapa disana?!” Fahri yang memang
memiliki indra yang tajam mendengar suara seperti seseorang yang sedang
melangkah kearah mereka.
“ Ada apa, Ri?” Ayu menatap Fahri
penasaran seraya memiringkan wajahnya bingung sekaligus terkejut akan gerakan
Fahri yang tiba – tiba. Fahri memberikan isyarat dengan tangannya untuk diam
dan matanya tampak awas ke seluruh hutan. Ayu yang berada dibelakangnya juga
ikut bersiaga seraya meneliti hutan itu, jika itu adalah manusia, dia masih
dapat bernafas lega, tetapi apabila itu adalah binatang buas orang – orang
hanya akan menemukan tulang belulang mereka saja disini.
Srak
srak
Semak di depan mereka tampak bergerak
seperti sesuatu yang akan keluar dari sana dan benar saja seorang pria yang
tidak diketahui wajahnya karena sedang menggunakan topeng hitam dan membawa
sebuah pisau lipat di tangannya mendekati mereka berdua. Fahri yang saat itu
berada di depan berusaha sekuat mungkin untuk melindungi Ayu.
“ Serahkan barang kalian atau aku bunuh
kalian?!” Pria itu mendekatkan pisau lipatnya ke arah mereka berdua yang
membuat Fahri menegang karena tidak tahu harus melakukan apa. Fahri menghalangi
jalan pria itu saat dia ingin mendekati Ayu dan mengambil tasnya, tetepi
ternyata pria itu tetap kekeh sehingga fahri harus berusaha menangkis semua
pukulan dan sayatan yang diberikan oleh perampok itu setelah mendorong Ayu ke
tempat yang lebih aman.
‘Ayo, ada apa denganmu, Ri?’ Ayu
berbisik dalam hatinya ketika melihat Fahri tidak memberikan perlawanan
sedikitpun tetapi hanya mengangkis dan menghindar mebuat Ayu geram di
belakangnya.
Tiba
– tiba ponsel Ayu bergetar dan dengan cepat mengambilnya. Dia sedikit kerepotan
saat mengambilnya karena ponselnya berada diantara tumpukan buku dan yang
lainnya. Setelah berhasil mendapatkannya, dia langsung mengangkat panggilan itu
tanpa melihat nama yang tertera di sana.
“ Halo, dengan mbak Ayu?” Suara di sana
menyapa terlebih dahulu.
“ Iya, ada apa ya ?”
“ Begini, saya adalah orang yang mbak
suruh untuk datang ke taman.Kami tida dapat memenuhi permintaan mbak karena
anak saya tiba – tiba sakit. Jadi saya mohon agar anda maklum, terima kasih.”
Sambungan itu langsung ditutup oleh orang yang berada disebrang sana. Sedangkan
keadaan Ayu jauh dari kata baik, dia melihat kearah Fahri yang sedang mati –
matian melawan perampok itu. Mulutnya menganga lebar dan pponselnya langsung
jatuh ke tanah.
‘Dia asli!’ Ayu segera menghentikan
keterkejutannya saat perampom asli itu berhasil melukai tangan Fahri sehingga
terlihat darahnya berceceran di atas rumput taman. Ayu segera menolong Fahri
dan saat perampok itu akan menancapkan pisaunya ke kepala Fahri, Ayu langsung
menendang tangan perampok itu dan berhasil menguncinya dengan sekejap. Dia
mengambil sebuah tali yang memang selalu dia bawa untuk jaga – jaga apabila
sesuatu seperti hal ini terjadi. Setelah berhasil meringkus perampok itu, dia
membiarkannya dan mendudukkannya di bawah pohon dan langsung melihat Fahri.
Jangan terkejut jika seorang guritna Ayu berhasil melawan perampok yang
menggunakan senjata tajam hanya dengan tangan kosong karena Ayu memang juara
karate di sekolahnya, jadi jangan heran. Tetapi Ayu tidak bangga dengan
keberhasilannya itu karena prioritasnya kali ini adalah Fahri. Dia mendekat
kerah Fahri yang memegang lengannya dengan tangan satunyadan tampak cairan
merah yang menetes mengenai kemeja putihnya sehingga berwarna merah darah.
Fahri melihat kearahnya dan tersenyum walau masih dengan sedikit ringisan. Ayu
segera mengambil sapu tangan yang berada di tasnya dan mebalut lengan Fahri
dengan sapu tangan itu.
“ Terima kasih ya, Yu” Fahri mengucapkan
rasa terima kasihnya kepada Ayu yang sedang membalut lengannya. Ayu tidak
menjawab sedangkan Fahri tidak dapat berbicara karena lengannya terluka cukup
dalam sehingga hanya keheningan yang menyelimuti beserta suara binatang hutan
membuat Fahri merasa tenang dan memejamkan matanya.
Hiks hiks
Mata Fahri kembali terbuka lebar saat
mendengar suara tangisan di sampingnyadan benar saja saat dia menoleh dia
melihat butiran – butiran air mata meluncur turun dari wajah Ayu yang menunduk
mengenai tangannya yang berpangku di lutut setelah selesai membalut luka Fahri.
“ Eh, kamu kenapa?” Fahri gelagapan karena
Ayu yang tiba – tiba menangis. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan sehingga
dia mengangat wajah Ayu dengan ibu jarinya dan melihat pipi tembem Ayu yang
memerah karena terkena airmata dan juga mata yang sedikit sembab. ‘Imut!’ pikir
Fahri gila saat melihat keadaan Ayu sehingga dia menggelengkan kepalanya,
menjernihkan pikirannya dan berusaha fokus kepada Ayu.
“ Maaf hiks” Fahri tida mengerti kenapa
dia harus meminta maaf padahal dialah yang menyelamatkan mereka. Ayu menggeleng
ketika mengetahui isi pikiran Fahri kepadanya.
“ Aku yang menyebabkan kau terluka,
hiks”
“ Akulah yang membawa perampok itu
kemari untuk membantuku, tetapi ternyata dia adalah perampok asli yang
sepertinya membaca pesanku sehingga kemari. Hiks hiks” Fahri terkejut ketika
mendengar penjelasan Ayu dan tidak menyangka dia melakukan hal itu.
“ Tapi kenapa?!” Fahri mengguncang
tubuhnya dengan kencang seraya berteriak kearahnya yang memnag bodoh.
“ Aku hanya ingin tahu kenapa kau tidak
melawan dua orang pria yang menggodaku, maafkan aku hiks” Fahri yang
mendengarnya terkejut dan akhirnya tersenyum seraya mengelus puncak kepala Ayu
lembut sedangkan Ayu yang merasakan belaian lembut di kepalanya menganggkat
wajahnya dan ternyata tangan Fahrilah yang mengelusnya.
“ Jadi, kau penasaran, ya?” Fahri
mengangkat wajahnya menghadap langit sedangkan Ayu termenung ketika melihat
wajahnya yang begitu tenag jauh berbeda dari saat melawan perampok tadi.
“ Aku akan hilang jika menyakiti
seseorang.” Wajah itu tetap tenang walau dampak dari orang yang diajaknya
bicara mematung mendengar ucapannya.
“ A- apa maksudmu?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar