Mission
Tringgg.....
Bel telah berbunyi memanggil para siswa untuk masuk kelas masing-masing. ‘Kriukk’ perutku berbunyi karena belum makan siang sama sekali. Dengan terpaksa aku berdiri dan akan berjalan ke kelas sebelum sebuah suara menghentikanku,
“Jika lapar makan saja dulu, nanti kamu pingsan. Aku tidak akan mau mengangkat tubuh gendutmu itu!” Sebuah suara yang berasal dari balik pohon maple. Tiba-tiba dari arah yang sama seseorang melempar sebuah bento yang jika tidak salah itu adalah bento yang diberikan oleh Diana tadi padaku, kenapa ada disini?
Dengan sedikit penasaran aku berjalan mendekat ke arah pohon maple itu. Sebelum itu seseorang pria keluar dari pohon itu dengan membawa sebuah gitar. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena tertutupi oleh bayang-bayang daun maple. Perlahan sosok itu keluar dari bayang pohon maple. Sosok itu keluar dari bayang pohon maple. Kulihat rambutnya berwarna coklat madu pendek memakai seragam siswa laki-laki dan tengah tersenyum merendahkan. Tidak salah lagi, dia adalah...
“Kakak Ryuu?”
“Hai adik kecil, apa kabar?” Ucapnya dengan mengangkat tangan kanannya, gerakan orang yang sedang menyapa. Terkejut, sudah pasti.
“Ap-apa yang ka-kau lakukan di-disini?” Ucapku dengan terbata-bata. Bagaimana tidak, bila kamu melihat kakakmu yang tidak pernah kamu lihat selama hampir 1 tahun. Terkejut sudah pasti.
“Hey, tenang. Kamu tidak senang melihat kakakmu disini ya?” ucapnya masih dengan senyumnya yang memuakkan itu.
“Tidak sama sekali. Lebih baik kamu pergi Ryuu!” ucapku dengan kesal sekaligus jengkel. Bagaimana tidak, Ryuu adalah kakakku yang paling jahil terutama padaku. Dulu saat aku masih kecil, Ryuu seringkali menjahiliku dengan mengunciku di gudang sendiri, sehingga ibu pernah panik karena mengira aku diculik oleh seseorang dan Ryuu yang mengeluarkanku dari sana agar dikatakan pahlawan, benar-benar kakak yang jahat. Walaupun seperti itu, pernah sekali Ryuu menyelamatkanku dari musuh ayah yang berusaha menculikku dan Ryuu bertugas menjemputku, saat itu dia melihatku sedang digendong oleh seseorang yang tidak dikenal. Sehingga Ryuu dengan cepat menghampiri kami dan menendang kaki si penculik. Tendangan Ryuu yang sangat keras mengakibatkan orang itu jatuh tersungkur dan Ryuu dengan kemampuan beladirinya mengalahkan orang itu. Walaupun saat itu umur Ryuu masih terbilang muda(14 tahun), Ryuu sangat pandai dalam hal beladiri bahkan dapat mengalahkan 10 orang dalam hitungan detik, makanya dia disegani oleh banyak orang. Sangar-sangar begitu, Ryuu sangat baik terhadap orang yang dia sayangi. Ya walaupun dengan cara berbeda. Don’t judge a book from the cover.
“Hey jangan begitu, padahal aku sudah susah payah datang kemari karena mendengarmu disuruh hidup mandiri oleh ibu dan ayah. Padahal banyak tugasku sebagai prefek di Harvard.” Ucapnya dengan gerakan ibu-ibu yang memberikan ceramah kepada anaknya. Kalian tidak salah saat mendengar jika kakakku ini memang bersekolah di Harvard University dan sebagai ketua Prefek. Dia dapat bersekolah di sana tanpa menggunakan uang sepeserpun karena dia sudah di biayai oleh pihak sekolah karena kepintarannya.
“Aku tidak pernah menyuruhmu untuk datang kesini Ryuu, walaupun dalam keadaan terpaksa sedikit pun!” Ucapku seraya berkacak pinggang.
“Oh.., tega sekali kamu kepada kakakmu yang paling tampan ini,” ucapnya seolah-olah merasa tersakiti.
“Cukup dramamu Ryuu. Apa yang kau lakukan disini dan darimana kau tahu aku bersekolah di sini?” Tanyaku penasaran.
“Mungkin kau lupa jika keluarga kita adalah keluarga terkaya di negeri ini, jadi apa susahnya mencari bocah sepertimu. Tentang apa yang aku lakukan di sini adalah untuk bertemu dirimu bocah dan satu misi penting” Benar-benar sombong.
“Baik kau sudah melihatku saat ini jadi silahkan tinggalkan aku!”
“Eits..tunggu dulu bocah. Aku bilang masih ada satu misi penting lagi, jadi aku belum bisa meninggalkan daerah ini dan jangan bertanya misi itu tentang apa!” Ucapnya saat melihat aku ingin membuka mulut untuk bertanya tentang misi yang dilakukan oleh Ryuu. Aku hanya menggembungkan pipiku kesal. Ryuu mencubit pipiku yang membuatku mengaduh kecil. “Apa yang kau lakukan bodoh?!” tanyaku dengan mengelus pipiku yang sedikit memerah karena cubitan Ryuu.
“Hei, kau tidak pulang bocah? Yang lainnya sudah pulang duluan” ucap Ryuu yang melihat siswa lainnya sudah meninggalkan sekolah.
Perlu beberapa detik untukku memproses kata-kata Ryuu. Setelah beberapa menit aku menyadari perkataannya.
“AAAHH aku bolos 3 pelajaran. Ini semua gara-gara kamu Ryuu?!” Teriakku seraya menunjuk ke arah Ryuu. Dia hanya mengangkat bahu tidak peduli dan pergi meninggalkanku sendiri. Aku panik dan berlari ke kelas dan tanpa sengaja aku menabrak siswa yang lainnya.
Sampai di kelas yang dalam keadaan kosong, aku segera mengambil tasku dan meninggalkan kelas. Melewati gerbang, aku melihat Diana yang sedang menunggu seseorang dan saat melihatku dia langsung memanggilku sehingga aku menghampirinya. Saat aku berada di depannya secara tiba-tiba dia menarik tanganku.
“He..hei?!” Diana hanya tersenyum ke arahku dan mengajakku masuk ke dalam mobilnya. Setelah aku duduk di sebelahnya, Diana menyuruh supirnya untuk menjalankan mobil ke rumahnya.
“Jadi Nita, kamu sudah bertemu dengan Ryuu kan?” Tanya Diana dengan nada yang sangat serius yang pertama kali aku mendengarnya dari seorang Diana yang terkenal dengan sikap cerianya.
“Maksudmu, Ryuuzaki?” tanyaku bingung.
“Tentu saja dia, siapa lagi orang di sini yang memakai nama mirip dengan anime kesukaannya?” Ucap Diana dengan sedikit mendramatisir. Aku sweatdrope saat mendengarnya.
“Dari mana kamu tahu Ryuu, perasaan aku nggak pernah cerita deh?” Tanyaku seraya memiringkan kepala ke kiri, bingung. Bagaimana tidak, jika kalian menemukan sahabat kalian mengetahui keluarga kalian, padahal kita tidak menceritakannya. Merinding, terkejut sudah pasti.
“Aku..” Sebelum Diana menyelesaikan perkatannya, aku memotongnya dan mempunyai dugaan bahwa dia adalah..
“Ka-kau pe-penyihir yang ingin me-menangkapku kan? Aahh tidakk! Ibuuu,ayahh aku masih muda! Kau boleh mengambil Ryuu jika kau mau asalkan biarkan aku bebas?!” Ucapku seraya berusaha keluar dari mobil itu. Tiba-tiba sebuah tangan menarikku sehingga membuat aku terduduk kembali.
“Hei Nita, apa yang kamu lakukan. Aku bukan penyihir yang ingin menangkapmu apalagi Ryuu itu. Aku ke sini mempunyai misi khusus sama seperti Ryuu. Kami berdua ingin mengembalikan ingatanmu karena kecelakaan yang dilakukan oleh musuh ayahmu saat itu. Aku akan mengajakmu ke tempat kita bermain bersama saat masih kecil sebelum kamu kecelakaan. Aku dulu adalah sahabatmu Ta, sahabat sejati,” Kulihat mata Diana yang menyiratkan kerinduan dan matanya yang berkaca-kaca mengingat kejadian dahulu.
Saat melihat Diana yang sepertinya akan menangis aku segera memeluknya. Jujur, saat melihat Diana seperti ini aku merasa ingin menangis.
“Maaf Di, tapi aku memang tidak ingat tentang kamu dahulu dan tentang kecelakaan yang menimpaku. Maaf,” Ucapku seraya menundukkan kepala menyesal. Diana memelukku dengan lebih erat, “Misi kami akan cepat diselesaikan untuk kamu dan orang yang paling penting bagimu. Aku berjanji!”
“Oh iya, kau sudah bertemu dengan Ryuu, bukan?” Diana melepaskan pelukannya secara tiba-tiba dan bertanya tentang Ryuu kembali.
“Iya, memangnya kenapa?”
“Begini, Ryuu bilang dia ingin agar kamu mau tinggal bersamanya di mansion keluargamu!”
“Tinggal bersama Ryuu dan menjadi bahan kejahilannya lagi? Maaf, aku lebih memilih tinggal di hutan belantara daripada bersamanya!” Putusku mutlak.
“Haah..kau ini tidak pernah berubah ya?” ucap Diana seraya tersenyum. Saat itu dia mengantarku pulang karena hari sudah senja. Aku mengucapkan terima kasih dan melambaikan tanganku. Setelah mobil Diana tidak terlihat lagi, aku langsung masuk ke rumah dan mandi lalu tidur tanpa harus repot-repot untuk makan malam karena perkataan Diana tadi.
‘Hilang ingatan?’ aku hanya dapat menghela nafas dan tertidur, berharap semoga aku kembali mengingat masa laluku.
Pagi - pagi sekali, aku berangkat sekolah karena bosan di rumah. Tiba-tiba sebuah limousine berhenti tepat disampingku. Kaca mobil itu terbuka menampakkan wajah Ryuu lengkap dengan seringai khasnya.
“Morning, berangkat sekolah, mau ikut?” tawar Ryuu.
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya aku menyetujui tawaran itu dan masuk ke mobilnya. Sudah lama aku tidak menggunakan fasilitas keluargaku, rindu rumah rasanya. Di dalam mobil, kami berdua hanya terdiam dan suasana menjadi canggung untukku karena aku tidak terbiasa dengan situasi seperti ini .Sampai di depan sekolah, kami hanya terdiam. Saat akan keluar dari mobil Ryuu menahan tanganku sehingga aku menoleh karenanya.
“Sorry karena tidak dapat menjagamu dulu, maaf!” Ucap Ryuu tiba-tiba. Aku terkejut saat Ryuu meminta maaf padaku karena dalam kamus seorang Ryuuzaki tidak ada kata maaf. Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Saat keluar dari mobil, Diana kembali menungguku di depan gerbang dengan membawa 2 bento seperti kemarin.
“Eh Nita, ayo kita sarapan dulu. Aku tahu kamu pasti belum sarapan kan?”
“Baiklah. Ayo kita membeli minuman dulu, aku haus!” Diana hanya mengangguk sebagai jawaban.
Sampai di kantin yang hanya terdapat beberapa siswa kami membeli minuman dan pergi ke taman untuk sarapan di sana. Di taman, kami sarapan dengan di kelilingi oleh bunga dandelion dan bunga mawar yang indah seraya bersenda gurau. Selesai sarapan, kami menghabiskan waktu dengan menikmati keadaan di taman ini.
“Hei Reza, kamu itu terlalu halus kepada mereka, kau tahu?” Ketika aku mendengar suara Ryan, sontak aku langsung menoleh kebelakang. “Hey Ta, apakah kau bisa memasukkan kaleng ini ke tempat sampah di sana? Kalau bisa aku akan mentraktirmu makanan setelah pulang sekolah nanti, bagaimana?”
Karena tertarik dengan dengan perkataan Diana, aku hanya menurutinya dan melempar kaleng itu.
Eh? Kenapa aku melempar kearah sana? Diana bilang ‘kan aku harus melempar ke tempat sampah bukan ke depan?
AHH! Sial! Aku melempar kearah-
Ryan?! Gawat! Gawat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar