Surprise
“Di...aku ingin-“
“Siapa yang berani melempar kepalaku dengan minuman kaleng seperti ini?!”
Bahaya...bahaya...aku harus pergi dari sini sebelum dia membunuhku.
“Mungkin orang yang melemparmu adalah mereka yang sedang ada di belakangmu itu.” Ucap Reza kearah kami berdua. Dengan cepat Diana langsung berlari menyeretku ke sebuah tempat yang sepi agar mereka tidak mengejarku. Bagaimana ini? Aku tidak ingin mati?! Diana berhenti menyeretku dan dia membungkukkan badannya karena kecapean.
“Di, maafkan aku karena kau terlibat dengan masalah ini.” Ujarku sembari duduk di lantai yang dingin.
“Tidak apa-apa. Nita, karena kamu telah melakukan kesalahan pada Ryan untuk kedua kalinya kamu harus menembaknya bahwa kamu menyukainya. Hanya itu satu-satunya jalan agar kamu bisa selamat!”
“Hah? Apa hubungannya aku menembaknya dengan berkata aku menyukainya! Malah aku membencinya karena sikapnya sangat egois sekali!” Elakku seraya bertolak pinggang. Diana menetralkan nafasnya dan mencengkram kedua bahuku.
“Hubungannya adalah bila kamu dapat meluluhkan hatinya dan bila dia menerimamu maka kau akan terbebas darinya!”
“Tapi Di,” sebelum aku menyelesaikan ucapanku Diana terlebih dulu memotongnya.
“Tidak ada tapi-tapian. Kau ingin selamatkan? Jadi apa salahnya sih melakukan itu saja?”
“Baiklah.” ucapku pasrah.
Setelah semua siap, aku menemui Ryan yang saat itu sedang sendiri di taman. Aku mendekatinya dengan perlahan dan saat di depannya, dia melihatku dengan sorot mata tajam. Meneguk ludah paksa, aku berusaha mengungkapkan apa yang diperintahkan oleh Diana tadi.
“ Ryan, aku ingin berkata sesuatu padamu. A-aku men-mencintaimu Ry-“ Belum selesai aku menyatakannya dengan tiba-tiba Ryan memelukku. Aku terkejut dengan perilaku Ryan yang mendekapku dengan hangat dalam pelukannya. Aku merasakan perasaan asing yang menyelimuti ronggaku, seperti perasaan rindu yang membuatku tidak ingin melepaskan pelukan hangat ini.
“Aku menerimamu, kapanpun!” Ujar Ryan yang membuatku terkejut dan melepaskan pelukannya dan akan pergi dari tempat itu. Saat aku tanya mau kemana, dia hanya terdiam. Aku ikut terdiam karena walaupun aku memberontak Ryan pasti tidak akan membiarkan aku pergi begitu saja.
Kami sampai di sebuah mansion,yang rasanya aku sangat familiar dengan tempat ini. Beberapa maid dan butler berjajar memberikan salam kepada kami berdua terutama Ryan. Aku yang baru pertama kali diperlakukan seperti ini hanya tersenyum canggung dan tiba-tiba Ryan menarikku agar berjalan di sampingnya yang membuatku tersipu malu. Pintu terbuka memperlihatkan seorang maid paruh baya dan butler yang masih muda.
“Selamat datang, tuan muda” Ucap mereka bersamaan. Ryan memberikan tasnya kepada salah satu butler yang berambut hitam dan butler itupun menerima tas itu.
“Apa mereka sudah datang?” Tanya Ryan pada butler berambut hitam spike. Butler itu hanya mengangguk seraya mempersilahkan kami untuk menuju sebuah ruangan yang sangat mewah yang sepertinya ruang tamu, ada 3 orang disana, yaitu Reza yang duduk di sofa dengan Diana dan Ryuu yang duduk di sofa tunggal dengan memakan sebuah apel, makanan favoritnya. Bingung melihat 2 orang yang sangat familiar bagiku berada disini, apalagi dengan santainya seakan ini rumah ini adalah rumahnya, pengecualian untuk Ryuu yang seenaknya sendiri.
Ryan duduk di sebuah sofa tunggal dan membiarkan aku berdiri diantara mereka semua, sehingga membuatku merasa seperti dihakimi. Tidak ada yang bersuara yang terdengar hanya bunyi kunyahan Ryuu. Tidak tahan dengan suasana seperti ini, aku membuka suara,
“Jadi, ada apa kamu menculikku ke sini Ryan serta kenapa ada Ryuu dan Diana disini?” Ucapku sehingga membuatku menjadi pusat perhatian kembali. Ryuu menghentikan kunyahannya dan Reza dengan Diana menghentikan pembicaraan mereka serta Ryan yang menatapku dengan lembut.
“Ryan mengajakmu kemari adalah untuk menyelesaikan misi mereka berdua dan terutama untuk orang spesialmu yang telah lama menunggumu.” jelas Reza yang membuatku bingung adalah kemana imegnya yang dingin itu?
“Orang spesial, siapa maksudmu?”
“Oh, apa kau belum menyadarinya?” Bukannya memberi jawaban, Ryuu malah membuatku makin bingung. Aku hanya menggeleng tidak mengerti dengan perkataannya. Ryuu mendecak dan menepuk keningnya dengan telapak tangannya.
“Dasar kau ini, bocah bodoh. Kau belum menyadarinya padahal dia ada di ruangan ini? Benar-benar bodoh.”
“Mak-maksudmu R-Ryan?!” teriakku seraya menunjuk wajahnya.
“Akhirnya kau mengerti juga bocah.” Ucap Ryuu sambil menggigit apelnya lagi.
“Ada yang bisa menjelaskan keadaan sebenarnya?” ujarku seraya memijit kepala, pusing dengan apa yang terjadi. Tiba-tiba dari tempat duduknya seraya berdehem, meminta perhatian. Semua orang menatap kearah Diana termasuk aku yang menatapnya dengan pandangan menuntut jawaban. Diana berdehem lagi untuk menghilangkan perasaan gugupnya.
“Nita, aku akan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Kau tentu sudah tahu bahwa kau mengalami amnesia saat kecelakaan dulu. Waktu itu aku dan kamu adalah sahabat yang susah dipisahkan dan kita berdua selalu menjadi bahan kejahilan Ryuu. Kita selalu bersama sampai kau bertemu dengan Ryan yang baru pindah dari Amerika menjadi tetanggamu. Saat itu juga Reza pindah dari tempat yang sama bersama dengan Ryan dan menjadi tetanggaku. Reza dan Ryan adalah sahabat sama seperti kita, kemana-mana selalu berdua. Saat pertama kali bertemu, kau dan Ryan selalu saja bertengkar, sehingga membuatku dan Reza kewalahan membuat kalian akur. Tetapi suatu kejadian membuat hubungan kalian berubah. Saat kita bermain di taman, segerombol anak nakal mendekati kita dan menjahili kita. Kamu melawan mereka, tapi kamu malah di dorong oleh anak yang gempal dan terjatuh sehingga lututmu berdarah. Tanpa sengaja, Ryan dan Reza datang mengusir mereka dan dengan sigap Ryan menggendongmu sampai Rumah. Walau kamu malu tapi aku dan Reza tahu bahwa kamu menyukai Ryan yang membuat aku dan Reza yang berada di belakang kalian terkikik geli.” Jelas Diana seraya tersenyum dan sepertinya mengingat-ingat tentang masa kecilku yang terdengar menyenangkan. Tetapi kenapa aku harus melupakan kenangan itu? Haah..aku hanya dapat menghela nafas. Tetapi kenapa aku terdengar seperti remaja labil begitu? Dan apa tadi, Reza terkikik geli? Dan a-aku digendong Ryan, apalagi itu?
Setelah menghela nafas, Diana melanjutkan “Sampai kejadian itu terjadi, kejadian dimana kamu kehilangan sebagian ingatanmu. Saat itu kita sedang naik sepeda untuk pulang ke rumah masing-masing. Ryuu berada di belakang kita karena saat itu dia bertugas untuk menjagamu. Tiba-tiba dari belakang sebuah mobil melaju dengan kencang dan Ryuu berteriak agar kita menyingkir. Bukannya menyingkir, kita malah semakin ke jalan raya dan mobil itu menabrak kita berdua yang menyebabkan kamu terbentur dengan batu yang berada di pinggir jalan dan aku yang hanya lecet di kaki dan tangan. Karena kamu terbentur cukup keras membuatmu kehilangan sebagian ingatanmu. Itu salahku, maafkan aku Nita karena bukan teman yang baik untukmu. Mata Diana berkaca-kaca setelah menjelaskan itu semua kepadaku. Aku bangun dari tempatku dan memeluk Diana “Ini bukan salahmu, terima kasih karena sudah menjadi sahabatku,”
Tiba-tiba Ryuu memelukku dengan sangat erat seraya berucap lirih “Maafkan aku karena aku bukanlah kakak yang baik untukmu karena aku telah membuatmu terluka saat itu. Maaf, maaf” Aku tidak pernah melihat seorang Ryuuzaki yang terkenal dengan kesangarannya dapat terlihat rapuh seperti ini hanya karena aku sebagai adiknya, aku benar-benar bersyukur karena tuhan telah menciptakannya sebagai kakakku.
Aku balas memeluk Ryuu “Ini bukan salahmu Ryuu, kau tidak perlu meminta maaf. Dimana Ryuuzaki yang aku kenal? Kenapa berubah jadi cengeng gini?”
Ryuu melepaskan pelukannya dan kembali memasang wajah sangarnya. “Siapa yang cengeng?! Berani kau mengatakan aku cengeng sekali lagi, kau akan merasakan akibatnya bocah?!” ucap Ryuu dengan senyum mengerikannya yang membuatku berdoa bahwa aku akan selamat malam ini.
“Jadi apakah kau sudah mengingatnya?” Tanya tuan rumah yang dari tadi hanya tersenyum penuh harap kepadaku. Semua melihat kearahku, aku hanya menggeleng. Semua hanya menghela nafas.
“Tapi, apakah saat kau bersama dengan Ryan tidak mersakan rasa apapun?” Tanya Reza tiba-tiba. Aku memerah malu dan mengangguk. Ryan dengan cepat memelukku dan menyatukan dahi kami berdua.
“ Tidak apa jika ingatanmu tidak kembali, tetapi yang terpenting perasaanmu kepadaku tidak hilang” Aku memeluk Ryan dengan wajah memerah sedangkan Diana dan Reza saling bergandengan tangan.
“ Aku masih tetap penasaran dengan kalian berdua, Diana dan Reza,” Mereka berdua saling bertatapan dan tersenyum.
“ Kami sudah tunangan, ta. Kau juga sama dengan Ryan” Aku membuka mulut tidak percaya sedangkan Ryuu terkekeh melihatku.
Benar – benar mengejutkan sekaligus melelahkan, mungkin aku akan tidur sebentar.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar