Sabtu, 28 Januari 2017

Real 3, Amazing Day | Yamazaki Akira


Amazing Day


“ Hai, Yalanda” Dia tersenyum kepadaku dan mengangkat tangannya khas orang menyapa. Aku masih tetap ternganga apalagi saat dia mengambil tanganku dan menjabatnya seraya tertawa bangga, berbeda dengannya yang tadi.
 Tawanya terhenti saat melihatku masih dalam keadaan mematung. Dia mengibaskan tangannya di hadapanku dan menaikkan sebelah alisnya, bingung.
“ Kau, nyata ?” Aku memandangnya tajam seraya menelitinya dari atas sampai bawah. Dia menepuk dadanya seraya tersenyum bangga dan mengangguk dengan keras. Seketika aku tersenyum lebar dan memeluknya. Dia tampak terkejut saat itu dan akhirnya membalas pelukanku.
“ Terima kasih, untuk menjadi nyata” Dia tersenyum lembut dan mengangguk. Keheningan menyelimuti dengan keadaan kami yang masih berpelukan.
“ Hei, kau tidak mau melepaskanku, ya ?” Dia berbisik tepat di telingaku yang membuatku mengangkat wajah dan melihat taman yang sudah mulai ramai dan mereka melihat kami seraya cekikikan. Aku segera melepaskan pelukanku seraya memerah malu sedangkan dia terkekeh melihatku. Aku mengembungkan pipi dan memalingkan wajahku darinya, menutupi malu lebih tepatnya. Tiba – tiba dia menjulurkan tangannya yang membuatku mengangkat alis, tidak mengerti.
“ Yah, kau pasti sudah tahu namaku, tetapi agar lebih resmi aku akan memperkenalkan diriku lagi. Namaku Fahri Azhari, kau ?”
“ Namaku Guritna Ayu, kau bisa memanggilku Ayu, Fahri.” Aku membalas jabatannya seraya tersenyum. Dia melepaskan jabatannya begitu pula aku. Dia menundukkan tubuhnya dan tersenyum tepat di depan wajahku yang membuat aku sedikt menjauh karena terkejut.
“ Mau mengajakku keliling ?” Dia tersenyum nakal seraya menaik turunkan alisnya, main – main.      Aku tersenyum dan mengangguk. Dia langsung mengamit tanganku dan kami menghabiskan waktu hanya untuk berjalan – jalan di taman itu. Kami berhenti untuk membeli es krim. Dia membeli es krim rasa vanilla dan coklat dan memberikan rasa coklat kepadaku sedangkan vanilla untuknya. Aku merekam rasa kesukaanya dan akan mengingatnya untuk ceritaku nanti. Ternyata pergi bersama tokoh ciptaanmu sungguh menyenangkan. Dia menceritkan semua tentang dirinya dari warna kesukaan, apa yang paling dia sukai dan bahkan kehidupannya. Saat aku bertanya tipe wanita yang dia sukai dia tampak bersemu merah. Aku sedikit dengan reaksinya dan aku ikut bersemu merah saat menyadari apa yang barusan aku katakan.
“ A-ah, maksudku bukan itu, tetapi-“
“ Kau,” Dia berbisik sembari menunduk tetapi aku masih dapat mendengarnya dan wajahku semakin memerah sehingga aku memalingkan wajahku darinya dan entah kenapa pohon itu tampak lebih menarik. Suasana hening yang terdengar hanyalah suara anak – anak yang tengah bermain dengan es krim mereka.
“ Apa kau tidak suka jika aku menyukaimu ?” Aku melihat kearahnya dengan cepat dan melihat wajahnya yang tampak berbeda dari sebelumnya, entah perasaan sedih atau, kecewa ? Aku yang melihatnya tampak merasa bersalah dan dengan cepat menggeleng.
“ Aku tidak keberatan kok, tetapi jangan mencintaiku, ne ?” Aku mengulum senyum tulus kepadanya dan dengan sedikit bercanda di bagian akhir. Dia tampak terkejut dan ikut tersenyum bersamaku dan akhirnya kami tertawa bersama di taman itu. Seandainya aku mempunyai penghenti waktu, aku tidak ingin saat ini berakhir. Aku melihat langit yang sudah mulai berwarna oranye dan taman pun sudah mulai sepi. Dia pun tampak menyadarinya dan tersenyum kepadaku.
“ Waktu cepat berlalu, ya ?” Dia tersenyum kepadaku dan aku pun membalasnya. Dia berdiri serya menepuk celananya, membersihkan debu kasat mata yang mungkin menempel di sana. Dia menjulurkan tangannya kepadaku dan aku pun menerimanya, entah karena aku yang terlalu lemah atau dia yang terlalu kuat menarikku sehingga aku jatuh kepelukannya. Butuh beberapa detik untuk aku menyadarinya. Dia tersenyum kepadaku dan aku buru – buru meepaskan pelukannya dengan mendorongnya sedikit dengan muka merah. Malu banget !
“ Maafkan aku, aku tidak-“
“ Besok ?” ini anak emang suka motong omongan orang ya? Tetapi dia kemudian menjulurkan jari kelingkingnya dan aku menjulurkan kelingkingku juga dan membiarkan mereka saling bertautan. Aku mengangguk dan tersenyum kearahnya. Burung – burung berterbangan menuju sarangnya dan bulan telah menggantikkan tempat sang surya dan merekalah yang akan menjadi saksi pertemuan antara pencipta dengan ciptaannya.
Makan malam yang lumayan nikmat, masakan ibu emang top deh. Setelah makan malam aku berencana untuk menyelesaikan tulisanku karena tadi pagi harus bertemu dengan tokoh utamamu dalam artian sebenarnya, jadi dia tidak sempat untuk membuat cerita yang harus segera di serahkan kepada editornya. Tetapi tenang saja, bukan ayu namanya jika dia tidak menyiapkan ide untuk ceritanya. Dia mengambil catatannya mengenai tokoh utamanya. Di sana tertera semua yang dia tanyakan sore tadi, semua hal tentang Fahri, tokoh utamanya. Dia sudah memutuskan untuk membuat lawan mainnya, yaitu seorang perempuan yang sebaya dengan Fahri dan bersekolah di tempat yang sama dengan rambut hitam dan mata cokelat madunya dan memakai kaca mata berframe hitam. Dia tersenyum bangga dengan tokoh yang dia buat dan mulai menulis alur ceritanya. Kalian mau tau gimana alurnya ?
Rahasia ! Dia membiarkan dirinya terlena dalam fantasi yang dia buat sampai tidak sadar jika malam sudah larut dan akhirnya memutuskan untuk tidur.
Grookkk...
Suara apa itu? Oh ternyata Ayu tengah tertidur lelap di kasur empuknya yang mungkin sudah seperti kapal pecah. Dia tampak sangat kelelehan terlihat dari wajahnya yang banyak kerutan di sana – sini. Mata dengan lingkaran hitam itu terbuka menampilkan bola mata sehitam langit malam tanpa bintang. Menguap dan berjalan ke arah kamar mandi dan melirik jam dinding yang menunjukkan tengah hari dan kembali lagi untuk memastikan dan ternyata benar.
“ Astaga, Fahri !”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar